0

iklan

Home  ›  Puisi  ›  Sastra

Melati Putih Beraroma Mawar Merah

"Angin datang menerbangkan melati putih ber’aroma mawar merah. Lalu ia tumpahkan isi dadanya di pematang sawah"

Angin datang menerbangkan

melati putih ber’aroma mawar merah.

Lalu ia tumpahkan isi dadanya

di pematang sawah

yang menumbuhkan padi huma, hijau menguning

untuk makan ribuan orang miskin.


Namun tangan-tangan yang lapar

tak pernah kenyang akan janji,

dan matahari tetap membakar

kulit yang memanggul jerami.

Di balik senyum petani

tersimpan luka serupa belati,

karena setiap butir padi

hanya separuh jadi miliknya sendiri.


Walaupun mereka akan mati juga

dan dikubur di sawah-sawah hijau menguning itu,

rumput-rumput akan tumbuh menjadi pusara,

menyerap sisa keringat,

menyimpan doa yang tak pernah sampai

ke telinga istana.


Di atas tanah yang sama,

kita berdiri, kenyang dan lapar.

Membagi takdir yang tak pernah adil,

sementara angin terus datang,

mengabarkan melati putih ber'aroma mawar merah

yang selalu wangi,

meski bercampur darah dan peluh bumi.

Posting Komentar
Menu
Share
Additional JS