![]() |
Sumber : bincang syariah |
Artikel ini membahas mengenai Hamzanwadi, julukan untuk Maulana Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seorang ulama, asal Lombok Timur yang juga merupakan pahlawan nasional Indonesia.
A. Silsilah Hamzanwadi
Silsilah keturunan Hamzanwadi tidak dapat diuraikan dengan jelas dan terperinci. Namun, banyak orang, termasuk para sesepuh, percaya bahwa beliau berasal dari keturunan raja-raja Selaparang. Hal ini sejalan dengan analisis Svent Cdrroth, seorang antropolog Swedia, yang meneliti kegiatan Hamzanwadi, terutama saat beliau mengunjungi makam Selaparang pada tahun 1971 M. Hamzanwadi sendiri tidak pernah secara terbuka menolak anggapan mengenai keturunnnya dari kerajaan Selaparang.
B. Kelahiran TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid
Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul Madjid, yang lahir dengan nama kecil Muhammad Saggaf pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awwal 1326 H [1904 M], di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur [sekarang Kecamatan Selong], Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Muhammad Saggaf, atau dikenal dengan nama singkat HAMZANWADI, merupakan singkatan dari Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.
Nama Muhammad Saggaf memiliki kisah unik. Tiga hari sebelum kelahirannya, ayahnya dikunjungi oleh dua orang wali dari Hadramaut dan Maghrabi yang kebetulan bernama Saggaf. Kedua wali tersebut meminta agar anak yang akan lahir diberi nama Saggaf.
Hamzanwadi menikahi tujuh perempuan dengan latar belakang yang berbeda, dari anak bangsawan hingga orang biasa. Perbedaan ini mencerminkan keinginan ayahnya agar beliau mampu menghadapi keragaman keluarga. Dari tujuh istri, hanya dua puteri yang lahir, yakni Siti Rauhun dan Siti Raihanun. Karena hanya memiliki dua puteri, beliau dikenal sebagai Abu Rauhun wa Raihanun. Kedua puteri ini kemudian melanjutkan perjuangan Hamzanwadi.
C. Pendidikan Hamzanwadi
Pendidikan Lokal
Hamzanwadi memulai pendidikannya di keluarga dengan belajar mengaji dan ilmu agama dari ayahnya sejak usia lima tahun. Pada usia sembilan tahun, beliau memasuki pendidikan formal di Sekolah Rakyat Negara hingga tahun 1919 M. Setelah itu, beliau belajar agama dari beberapa kyai lokal seperti TGH. Syarafudin, TGH. M. Said, dan TG. Abdullah bin Amaq Dulaji.
Pendidikan di Tanah Suci Makkah
Untuk mendalami ilmu agama lebih lanjut, Hamzanwadi dikirim oleh ayahnya ke Makkah. Di sana, beliau menyewa rumah dan mencari guru, akhirnya belajar di halaqah Syeikh Marzuki. Setelah ayahnya pulang, beliau menghentikan belajar dengan Syeikh Marzuki karena merasa kurang berkembang dan menghadapi perang saudara antara faksi Wahabi dan Syarief Husein.
Belajar di Madrasah Al-Shaulatiyah
Dua tahun setelah konflik, Hamzanwadi berkenalan dengan Haji Mawardi dari Jakarta dan bergabung dengan madrasah al-Shaulatiyah yang dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah. Pada tes masuk, Hamzanwadi ditempatkan di kelas III namun meminta pindah ke kelas II. Selama belajar, beliau dikenal sebagai siswa yang cerdas dan berbudi pekerti baik.
Guru-Guru
Hamzanwadi menyelesaikan studinya di madrasah al-Shaulatiyah pada tahun 1351 H [193 M] dengan predikat istimewa. Selama di Makkah, beliau belajar dari beberapa ulama besar, seperti Maulana wa Murabbina Abul Barakat al-‘Allamah al-Ushuli al-Muhaddits al-Shufi al-Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath dan lainnya. Beliau juga memiliki kedekatan khusus dengan Maulana al-Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath karena metode pengajaran yang variatif dan menarik.
D. Kepribadian Hamzanwadi
Hamzanwadi memiliki tubuh ramping dengan postur tegap, meskipun sering menceritakan bahwa ia adalah anak satu-satunya yang berkulit agak gelap dan sering diejek saudara-saudaranya. Namun, kulitnya sebenarnya kuning langsat dan bersih.
Setibanya di kampung halaman setelah dari Makkah, Hamzanwadi aktif memberikan pengajian di berbagai tempat, termasuk masjid dan sekolah. Aktivitas mengajinya dimulai sekitar pukul 06.00 di Ma’ahad Darul Qur’an wal Hadits, dan dilanjutkan ke tempat lain sekitar pukul 09.00.
Perilaku terhadap Masyarakat
Hamzanwadi memahami sejarah dan tipologi masyarakat Sasak dengan baik, dan merumuskan pemikirannya tentang Sasak dari pemahaman historis tersebut. Ia melihat bahwa Islam memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Sasak, terutama setelah runtuhnya paham animisme.
Perilaku terhadap Penjajah
Hamzanwadi menentang penjajahan Belanda, Jepang, dan NICA dengan berbagai cara:
- Mengajak anggota keluarga dan murid-muridnya untuk berperang melawan penjajah.
- Menolak permintaan Belanda dan Jepang agar menjadi penasehat kolonial.
- Mengajak keluarga, murid, dan jamaah Nahdlatul Wathan untuk berdoa agar terhindar dari kekejaman penjajah.
- Mendirikan madrasah untuk memberikan pendidikan ilmiah sebagai bentuk perlawanan.
Sikap sebagai Pejuang
Hamzanwadi melihat perjuangan sebagai upaya menegakkan aqidah dengan menekankan kemerdekaan dari ketergantungan materi. Beliau berusaha membebaskan diri dari keinginan duniawi yang konsumtif untuk mencapai kebersihan hati.
E. Perjuangan dan Pengabdian
Mendirikan Pesantren dan Pengajian Umum
Setelah kembali ke tanah kelahiran, Hamzanwadi dipercaya sebagai imam dan khatib, serta melakukan safari dakwah. Beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. untuk memberikan pelajaran agama yang lebih berkualitas. Setelah mendapatkan reputasi, beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah [NWDI] pada 22 Agustus 1937.
Beliau juga mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan dan melanjutkan mendirikan lembaga pendidikan tinggi, termasuk Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan pada tahun 1964, Ma’ahad Darul Qur’an wal Hadits Al-Majidiyah Asy-Syafi’iyah pada tahun 1965, dan Universitas HAMZANWADI pada tahun 1977.
Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan
Nahdlatul Wathan (NW) adalah organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah, didirikan pada 1 Maret 1953 di Pancor, Lombok Timur. Organisasi ini fokus pada pendidikan, sosial, dan dakwah dengan perangkat organisasi dan lambang yang telah disusun.
F. Karya-Karya TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid
Karya Tulis
Hamzanwadi juga menulis beberapa karya sebagai referensi bagi santri di madrasah NWDI dan NBDI. Karyanya meliputi risalah al-Tauhid, Sullam al-Hija, dan berbagai nadham dalam Bahasa Arab dan Indonesia.
Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan
Hizb Nahdlatul Wathan adalah kumpulan doa dan wirid yang disusun untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kelahirannya dimotivasi oleh pengalaman spiritual Hamzanwadi saat menunaikan ibadah haji. Hizb ini awalnya dalam bentuk lembaran doa dan diresmikan pada tahun 1964 M.
Shalawat Nahdlatain
Hamzanwadi menulis berbagai shalawat untuk santri dan jamaah, seperti Shalawat Nahdlatain, Shalawat Nahdlatul Wathan, dan Shalawat Miftahi babi Rahmatillah. Shalawat ini juga dimasukkan ke dalam hizb Nahdlatul Wathan.
Artikel ini memberikan rngkuman menyluruh mengenai Hamzanwadi, baik dari silsilah, pendidikan, kepribadian, perjuangan, dan karya-karyanya.
baru tau kalau hamzanwadi itu ternyata singkatan
BalasHapusIya bener baru tau
HapusOke cukup lengkap bro
BalasHapuscuman cukup nih?
Hapus