Tanggal di ponselku tiba‑tiba berubah tanggal satu.
‘Desember.’
Rasanya seperti kau hadir tanpa permisi,
membawa dingin yang aku rindu.
Ada senyum yang belum sempat kita selesaikan,
ada luka yang diam‑diam menunggu tanganmu.
Beruntungnya …
Malam tetap di sisiku,
setia tanpa bertanya,
tetap merangkulku dengan caranya sendiri.
Tak ada yang bisa menggantikan caranya menahan aku,
diam‑diam, tepat di saat aku paling rapuh.
Kita akan tertawa lagi di tahun yang baru,
dengan mimpi baru pula
tapi hati yang sama.
Tiga puluh satu hari lagi
untuk menyisakan sisa candamu.
Aku rindu Desember.
Rindu percakapan tanpa batas,
rindu perjalanan pulang yang membuatku merasa utuh.
Jam 0’2’.0’1’ saat kutulis ini,
mataku berat,
tapi aku tak sanggup meninggalkan malam.
Ia memelukku seperti kau selalu ingin berada di dekatku.
Andai bumi ini retak
dan kita tercerai kemanapun angin membawa,
aku ingin tetap jatuh ke arahnya.
Luruh,
Mati saja kau dan aku.